2 Days in “Ngapak cities…” (Home visit Etos)


Dua tahun berturut2 dapet jatah keliling Ngapak Cities ^_^
Rute kami kali ini : Jogja – Magelang – Wonosobo – Purworejo – Kutoarjo – Kebumen – Perbatasan Cilacap (transit bermalam) – Purwokerto – Banyumas – Purbalingga – Pemalang – Purbalingga – Banjarnegara – Wonosobo – Magelang – Jogja!

Tahun ini, kembali berkunjung ke anak-anak negeri yang memiliki semangat tinggi. Excited! Meski tahun ini bagiku mungkin tak se-excited tahun lalu. Namun semua yang kutemui benar2 membuatku menemukan semangat kembali, untuk melanjutkan perjuangan skripsi ^_^
Beberapa hari sebelumnya, aku tak dapat menghadiri syuro manajemen. Malamnya mendapat sms, “mbak, hari Ahad dikosongkan untuk home visit wilayah barat.” Kujawab, “Ya, insya Allah.”
Setelah diutak-atik waktunya, kita memutuskan berangkat hari Sabtu, karena yang harus dikunjungi lumayan banyak, tak akan cukup satu hari.
Sepanjang perjalanan aku banyak merenung. Mengingat pengalaman home visit tahun-tahun sebelumnya, trus nyeletuk, perjalanan kita tu kalo mau ditulis dah jadi buku lho.
Setiap tahun pasti ada aja yang excited. Bener2 excited soalnya! Tanggapannya simpel, “ya udah, dijadikan buku aja zi!” he2… iya juga ya? Lha wong masih ga serius nulis si… kebanyakan speachless-nya melihat yang excited2 itu.
Ngapak City, i’m coming…
Tahun lalu, aku menemukan Lintang (Laskar Pelangi), bener2 seperti Lintang. Semangatnya sangat tinggi. Perjuangannya untuk tetap dapat melanjutkan pendidikan harus diacungi empat jempol. Saat itu kami berenam, totalnya ada 24 jempol! ^_^ Tahun lalu pula, kami menemukan the lost world.

Bagaimana tidak??? Benar2 tidak terjangkau peradaban. Padahal masih di pulau Jawa. Benar2 tak mengira.
Berjam2 kami meyusuri jalan terjal, dan semakin masuk-masuk, semakin sempit, dan sangat sempit. Sampe mobil lecet2. Ujung2nya….eh, ternyata jalan buntu (mobil tak bisa masuk). Hanya bisa dilewati roda dua. Parahnya, jalan itu pun kalo hujan tak bisa dilewati, tak bisa dijangkau. Kami kethar kethir, semoga tidak hujan. Akhirnya, kami mengutus satu orang etoser untuk meanjutkan perjalanan ke desa itu. Dengan meminta bantuan ke warga dekat situ, sewa motor, dan sopirnya sekalian, alias ngojek ke warga yang kami minta bantuannya.
Butuh waktu satu jam dengan sepeda motor untuk menjangkaunya dari jalan buntu itu, dengan jalan yang sangat jelek dan menanjak. Kami berlima menunggu di ujung jalan buntu, untung deket mushala, jadi kami bisa sekalian istirahat. Kami menunggu lebih dari dua jam. Tak terbayangkan, daerah terpencil itu masih ada di sini. Ternyata di ujung sana masih ada kehidupan. Di sana masih ada calon-calon mutiara yang masih tetap semangat untuk menggapai semua impiannya. Subhanallah…. dan saat etoser itu datang, ia datang dengan tergopoh2 dan mengatakan, “Benar2 the lost world!!!” Ga nyangka. Sayang, kualitas fotonya tidak bagus. Dengan asyiknya etoser itu menceritakan perjalanan ke desa terpencil itu, plus perbincangan dengan sang ibu calon etoser. The lost world menjadi tema home visit tahun lalu.
Alhamdulillah…Lintang dan The Lost World, akhirnya dua2nya menjadi calon mutiara itu, mereka kini menjadi etoser.

Tahun ini, kami menemukan kembali anak-anak negeri yang luar biasa. Yang secara logika, mungkin sangat tidak logis dapat kuliah.
Guyonan kami, semakin sulit dijangkau, semakin pelosok, semakin jelek jalannya, semakin tidak ada sinyal, semakin besar kemungkinan lolos seleksi. He2… Maklum, kami harus menempuh perjalanan yang cukup sulit untuk menemukan mereka.
Alhamdulillah… senang rasanya menatap mata penuh asa saat kami tiba. Semangatku membuncah! Ayo zi, temui dosenmu! Konsultasi skripsi! He2… mereka benar2 sumber inspirasi untukku.
Perjalanan yang sebenarnya melelahkan itu benar2 terasa lelahnya. Sepanjang jalan, perbincangan tak henti2nya. Kecuali saat mata-mata itu terpejam, kecuali Bapak Sopir, he2… Banyak jalan yang bagi kami sangat excited. Di jalan2 sempit, kami kethar kethir kalo sampai papasan dengan kendaraan lain. Saking ga bisa berkutik, sempit dan terjal. Kanan tebing, kiri jurang, dengan jalan bebatuan, dan bekas2 longsor. Mereka selama ini sekolahnya gimana ya? Ehm…toh mereka tetap bisa! Ada juga jalan sempit yang menguji keahlian sang sopir, “ini kalo sampai papasan, harus angkat mobil ni. Masak mau mundur berkilo-kilo, plus nanjak lagi.”
“Tenang Pak, yang dibelakang biasa angkat-angkat kok.” He2… Benar2 ga kebayang kalo papasan mobil lain. Alhamdulillah…itu tak terjadi 😀

Dua hari di Ngapak Cities, belajar akan banyak hal, selain belajar tentang kehidupan, aku belajar bahasa ngapak. He2… Seru!
Ya Rabb, aku malu…mengingat mereka, dengan mata penuh asa. Berharap do’a2 mereka dikabulkanNYA. Berharap jalan untuk melanjutkan asa itu dibukakanNYA…
Aku yang ada di sini, kadang masih terdiam. Sepulang dari Ngapak Cities ini, aku memaksakan diri untuk ngendon di kampus terus. Mudahkanlah ya Rabb… Don’t Stop Me Now!!!

-menulis blog adalah aktivitas selingan di sela skripsiku, di saat konsentrasiku sudah mulai menurun-

3 thoughts on “2 Days in “Ngapak cities…” (Home visit Etos)

Leave a comment